Sabtu, 20 Februari 2010

FUYUNO High School



sebenarnya, ini bukan cerpen.. karena ceritanya panjang sekali...
aku membuatnya..
kuharap, pesannya bisa tersampaikan..
hihihi..
Onengaishimasu, y?!!!!
^^


“Selamat datang di Fuyuno High School !!!!!!!!”
plok plok plok. Terdengar tepukan tangan yang meriah dari berbagai penjuru. Tak terasa, mataku pun berbinar-binar… aku tersenyum lebar-lebar. Aku, siswi kelas 1 SMA Fuyuno tahun itu. Fuyuno High School, adalah sekolah swasta yang terletak di gunung Moujo, seperti istana jika dilihat dari jauh. Selain anak FO, hanya anak orang kaya yang misa melewati pintu pagar megah berwarna hijau tadi. Aku… Sora Hikaru.. anak seorang pegawai perusahaan asuransi biasa, masuk melalui jalur FO atau Fuyuno Operational. Yaitu jalur beasiswa. Sekarang ini adalah upacara hari pertama masuk sekolah. Ah!! Senangnya aku!!!! Bisa bersekolah di sekolah elite, walaupun sedikit merasa down, tapi aku berjanji kepada almarhum ibuku untuk pantang menyerah. Kupikir, ibu mengawasiki ari balik langit sana. Jadi aku akn selalu merasa dekat dengannya. Sttsss!!!! Kata orang, sekolah Fuyuno adalah sekolah yang penuh misteri individualismenya.. aku tidak heran.. lalu, bagaimana ini?? Apa aku akan menjadi semut diantara gajah seperti fakta sejarah yang terdahulu, atau bertengkar dengan pangeran tampan nan kaya raya. Tidak!! Itu sudah kuno!!! Aku… ingin mempunyai banyak cerita di sini.. aku…. Memulainya.

“Seragam hijau berbalut hitam, Fuyuno team, itulah kita!!!!” aku mengalihkan pandanganku ke sosok di sebelah presenter yang berdiri tegap dan penuh wibawa. ah.. ibu kepala sekolah memang cantik dan terkesan wibawa sekali, pikirku. Sejak tadi, presenter ny. Miztu berorasi seperti rentenir mau menagih utang saja, semangatkupun menjadi semakin meledak-ledak. Plok plok plok!!!! Sedari tadi, gedung megah ini gaduh sekali dengan tepuk tangan. Klinting… Tiba-tiba, kakiku merasa tersenggol barang yang asing, ah.. kenapa bisa ada botol obat dibawahku??
“Tolong, pungut obat itu, dan ijinlah ke kamar mandi. Aku akan menyusulmu di sana.”
Terdengar suara bisikan dari sebelahku. Kutengok sampingku. Anak perempuan berambut pirang lurus sekali dengan kulit putih pucat, bibirnya basah dengan lipglos merah muda. Hidungnya mancung, bulu matanya lentik. Mulutku pun menganga, entah untuk yang keberapa kalinya. Cantik sekali, seperti malaikat kecantikan saja. Ah, botol itu!! Akupun segera memungutnya.
“hey! ini, punyamu???”
kutanya si malaikat kecantikan tadi dengan suara setengah berbisik. Dia memandangku dengan senyum, sial! Jantungku berdebar-debar. Seperti mawar yang tengah mekar. Dia mengangguk kecil. Ah, leganya..
“hey!! Apa yang kau pungut??”
terdengar suara cowok dari arah belakangku. Mati aku! Harus kujawab bagemana?
“Ah, ini? Emt… ini suplementku.” Ahahha!! Pintar sekali, kau mengarang berita!!
“Aneh, kau anak FO!! Di sekolah ini kan, makan siangnya disediakan sulement juga. Kenapa kau masih membawanya??” dengan ngototnya si cowok gendut berkacamata itu mengintrogasiku.
“Ee.. baru kali ini aku menjadi FO. Jadi, aku kurang tau.”
“Sepertinya barang mahal, tidak mungkin kau beli. Dari mana kau mendapatkannya?”
aku sedikit tersinggung soal itu. Benar kata Miki, murid-murid Funo sombong karena orangtua mereka kaya. Huh!! Kenapa aku menerima beasiswa FO ini?!
“Maaf ya, darimana aku membelinya. Itu tidaklah penting!! Ini supplement yang diberikan nenekku. Sekarang, jaga saja tempatku ini, kalau kau mau!” Dengan sedikit geram aku meninggalkan rombonganku. Entah ekspresi apa yang sedang anak itu tunjukkan. Aku harap ia tak ingin tau tentang diriku, aku segera menuju kamar mandi. Setelah diorientasi selama 1 jam tadi, mungkin aku masih ingat dimana letak kamar mandi tadi. Aku menunggu di depan pintu. Kuperhatikan botol obat yang tadi kupungut. Seperti obat-obat biasa, mungkin memang mahal, ya? Tidak ada keterangan khusus soal botol ini. Ini, untuk apa ya??? Jangan-jangan… ah!! Kenapa pikiranku jadi nglantur keman-mana?!
“Permisi”
“Uwa!!!!” tiba-tiba sosok malaikat tadi berdidi di depanku, sejak kapan dia di sini?! Jangan-jangan, dia punya jurus ninja, jadi bisa muncul dan menghilang dimana-mana!!!. Diapun tersenyum kecil mendengar jeritanku yang sepertinya melihat setan. Senyumannya, seperti mawar mekar…
“Darimana kau, datang?! Eh?! Maaf, makhsudku, ya?? Ada apa??” ah! Bodoh sekali tingkahku di depan malaikat. Eh?! Mukanya lebih pucat dari tadi…
“Aku datang 3 menit setelah kau di sini. Akulah pemilik botol itu. Sekarang, bisa kau serahkan kepadaku??” kata-katanya anggun sekali. Tapi, suaranya bergetar.. apa dia sakit?? Di dahinya juga banyak keringat. Si malaikat ini, sebenarnya kenapa??
“Maaf, aku sedikit bingung soal ini. Sebenarnya, ini apa??” rasa ingin tauku menang dibanding rasa kasianku, botol inipun kumasukkan ke dalam saku seragamku lagi.
“Itu botolku. Boleh kuminta sekarang? Kumohon.” Suaranya lebih bergetar.
“Katakan.” Bantahku. Bukan ingin ini ato itu.. aku hanya ingin meluruskan pikiran negatifku.
“Ku.. mohon..” Sepertinya dia akan jatuh, tubuhnya kaku. Dia, benar-benar sedang sakit. Aku segera memopohnya dan mendudukkannya di bangku panjang dekat kami tadi. “Ada apa denganmu?? Bertahanlah!! Akan kupanggil dokter jaga segera.
” Dia menarik tanganku dengan sigap.
“Dingin sekali tanganmu. Tunggulah sebentar. Aku akan memanggil dokter jaga dengan cepat!!” dia menggeleng.
“Jangan, aku mohon.. obat itu.. boleh kuminta??” ah??! Botol ini, berisi obat?? Segera kukeluarkan satu tablet isinya. Tabletnya besar dan dari baunya, pahit. Kukeluarkan juga botol tempat minumku dari tasku. Dengan lemas dia meminumnya.
“Akan kuantar ke ruang kesehatan. Kumohon, kuatkanlah dirimu sebentar saja..” aku membopong tubuhnya, bisa kurasakan tubuhnya menolak untuk kubopong. Kenapa??
“Biarkan. Aku akan baik-baik saja, jika kita di sini sebentar.” Tolaknya
“Hey,, apa yang kau pikirkan?! Tenang saja, layananku ini gratis.” Dia diam saja. Mungkin sedang mencoba untuk baik-baik saja. Hanya dia yang bisa merasakannya. Aku pasrah saja. Keringatnya semakin banyak, itu buktinya. Kusapu dengan halus keringat dingin dengan saputanganku.
“Aku sudah baikan. Trimakasih asas bantuanmu.” Senyum malaikatnya. Dia memang terlihat lebih baik dari sebelumnya. Aku tersenyum lega.
“Syukurlah..”
“Maaf, sebelumnya.. kumohon.. jangan menceritakan kejadian ini kepada siapapun.” Katanya sedikit cemas.
“Hm.. itu tergantung, sampai mana kau akan meluruskan pikiran negatifku tentang botolmu.” Aku kejam ya? Mengancam orang yang sedang sakit? Mungin, tidak apa-apa jika sedikit saja mengancamnya. Toh, aku crita tidak crita, aku tak akan membocorkannya juga..
“Kau itu, keras kepala sekali, ya?… aku hanya meminta supaya kau tidak membocorkan keadaan sakitku, ke orang lain. Aku tidak ingin merepotkan orang-orang. Dan aku juga tidak ingin mereka berfikiran kalo aku lemah, padahal aku tau kalau tubuhku ini memang lemah.. dari 200 anak, hanya kau yang tau tentang masalah kesehatanku ini.” katanya tersenyum lembut.
“Kau itu!! Apa yang kau pikirkan?! Tidak akan ada orang yang kerepotan dengan ini. Menolong itu, memang harus tugas. emt.. bagiku. Kau itu, kuat. Bisa menopang ini sendirian.” Kataku, ngotot.
“Aku, terkesan denganmu. Trimakasih banyak. Sekarang ini, aku merasa lebih baik setelah mendengarmu. Aku harap, aku benar-benar mempercayaimu.” Dia tersenyum, lagi. Ah?! Cantiknya.
“Aku akan memastikan itu, izinkan aku membantumu sampai kembali, atau sampai ke ruang kesehatan. Masalah kepercayaanmu. Kau bisa tenang, kini.” Aku bersemangat menjaga rahasianya.
“Tidak buruk. Kita akan ke lapangan saja. Yah, mungkin aku memang akan tenang”
“Sora Hikaru. Namaku…” senyum perkenalan!!!! XDD
“Mai Aoyuuki.” Ah.. kalah ama senyum malaikatnya. =.=a
“Ahhaa.. Ayo!” Kuberikan botol yang tadi ke dalam genggamannya. Aku tersenyum tipis. Kurasa, tak ada salahnya berteman dengannya. Sambil kami berjalan, kami mengobrol sedikit demi sedikit. Aku rasa dia orang yang terbuka.
“apa?! Kau dari SMP soujo?! SMP khusus putri terbaik di provinsi ini!!! Wahh!! Hebat sekali, kau. Oya, aku dengar siswi di sana cantik-cantik ya? Sepertimu.” mungkin levelnya seperti malaikat. Sama seperti Mai. Aahhh.. XDD
“SMP sora juga bagus, kan. Ah, tidak juga.. aku sich. Biasa saja di sana.” Gila!!! Yang sepertinya saja biasa saja!! Bagaimana denganku?! Ha?! Mau ditempatkan kemana aku?! Ahh… rasanya seperti ada batu besar menghantam kepalaku. Nenek… tolong cucu tololmu ini.. =.=---------TO BE CONTINUE

“Katanya, meja duduk itu berdasarkan nomor urut.. bagaimana merurutmu??” tanyaku ke Mai.
“Meja duduk Funo, memang diatur berdasarkan nomor urut.”
“Huruf depan Mai M dan aku S. huh!! Kita berpisah.”
“Wah, benar juga. Eh?! Kita sampai. Ayoo.. kita harus cepat sebelum wali kelas kita datang..” Aku lupa, kalau waktu aku dan Mai kembali ke lapangan, kita tertinggal. Jadi, hanya aku dan Mai saja yang belum masuk kelas, sedangkan semuanya sudah masuk ke kelas masing-masing. Setelah Tanya ke kantor ternyata kita dapat kelas 1-C. Aku memandang kelas yang bagus. Bercat hijau mewah dan bergantungkan papan 1-C, Itu dia kelasku.. dari luar suasananya seperti makam. Oh iya! Ini kan hari pertama. Kau siap??? Hm….
Ketika memasuki kelas.
“Permisi, semuanya!!!” Ah.. semua mata tertuju pada kami. Ah, tidak! Mungkin pada Mai. Aku sudah bisa menebaknya. Tinggal 2 bangku yang kosong. Yang di depan papan tulis dengan yang paling belakang.
“Hey, semua memperhatikanmu..” kata Mai berbisik seperti tadi, kali ini lebih pelan.
“Hah?! Mana mungkin!!” aku memperhatikan diriku sendiri. Ah?! Apanya yang salah dengan penampilanku?? Kubandingkan diriku dengan mereka. Ada semacam perbandingan tertentu.. sepertinya, seragamku.. berbeda dengan mereka. Apa boleh buat hari pertama memang masih memakai seragam SMP asal. Jadi wajar, kan kalau berbeda-beda, kurasa tidak ada masalah dengan ini.. sepertinya, banyak yang dari SMP elite, ya..
“Mai, sepertinya aku dibelakang.. sampai ketemu nanti, ya..” setelah memastikan Mai duduk dengan nyaman, aku segera menuju bangku satu-satunya yang kosong.
“Eh?! Ada anak mantan SMP biasa di sini!!!”
Sring!!!! Mata mereka seketika focus kepadaku. Hah?! Kali ini bukan memperhatikan, tapi mengawasi. Sepertinya, perbedaan seragampun memang masalah, ya?? Seperti di tengah-tengah buaya saja. Bagaiman, Ini?? Sial!! Siapa tadi?! Tiba-tiba bicara seperti itu. Ah?! Si gendut itu lagi.
“Ia, saya Sora Hikaru. Dari SMP gakusen. Onengaishimasu..” membungkukkan badan.
“Kau anak FO, ya?? Apa team FO turun level, sehingga memilih anak dari SMP gakusen?!” kenapa Tanya aku?! Kau pikir aku tau, apa?! Hhaahh.. sabar. Semua akan baik-baik saja, pesan nenek.
“Ee..” aku menggeleng-gelengkan kepala.
“Sudahlah!!!! Jangan membuat suasana jadi buruk!! Hey, kau anak baru!! Cepat duduklah.” Tiba-tiba, anak disebelah bangkuku berteriak. Ah.. tenang sekali rasanya.. aku menurut pasrah dan segera beranjak ke tempat tujuanku. Aku memandangi si gendut kacamata yang sedari tadi respect terhapku. Belum pernah kuhajar, kau!!!! Ahh… sudahlah!! Malas sekali. Kulihat sekilas anak yang tadi berteriak melerai. Rambutnya kecoklatan lembut. Hanya itu yang mencolok darinya selain mulutnya yang mungil. Dan aura kerent yang terpancar. Huh.. kelas sepi sekali. Hanya beberapa saja yang mengorol, mungkin teman SMP karna seragam mereka sama. Semua belum dapat buku. Mau main ponsel?? Sedang tidak ingin, ah.. setelah semua kejadian yang menimpaku.. kurebahkan kepalaku di atas bangku. Di luar jendela. Tamannya, sejuk dan indah sekali. Waktumu kurang 3 tahun lagi, apa kau bisa melewati yang seperti tadi selama 3 tahun? Entahlah.. huft.. aku, berfikir banyak.
“Hey, kau anak baru!!”
“Hah?!” aku kaget sekali dengan suara tadi. Suara cowok yang melerai tadi. Tunggu! Anak baru?! Bukankan semua ini memang anak baru?! Ah?! Tidak!! Rata-rata, semua memakai seragam SMP yang sama dengannya. SMP fuyuno.. ternyata 1 paket. Huuh!! Bahkan yang kuanggap baikpun ternyata..
“Ada apa?”
“Jangan tidur seperti itu..” wah.. baik juga dia mengingatkanku. “Aku juga jadi mengantuk sepertimu!!” katanya sambil menguap. Ah?! Sama saja!!
“Kalo kau memang mengantuk, ya tidur saja,, Kenapa harus melarangku?!” bantahku
“Aku tidak mau menjadi orang diabetes yang suka mengantuk sepertimu.”
“Siapa yang kau sebut diabetes?! Hey! Kau tidak lihat kalau aku baik-baik saja seperti ini?!”
“Bisa saja kau besok oprasi karena diabet.”
“Dengar, Aku tidak akan oprasi sebelum melihatmu oprasi terlebih dahulu!!”
“Diamlah, wali kita datang..”
“Huh!!” makhluk seperti apa yang ada di sampingku!!! ---------TO BE CONTINUE


“Saya Misae Kaname. 1 tahun berikutnya, saya yang akan menjadi wali kelas kalian. Sayalah ibu angkat kalian di sekolah.. Dan kalian, anak asuh saya.” Bau farfum parisnya. Segar sekali. Memang badannya kecil. Tapi, manis juga. Mungkin usianya masih 25.an?? beliaupun menjelaskan beberapa info tentangnya. Ah, sepertinya, dari keluarga terpandang. Kata-katanya menjejukkan. Aku suka Bu guru Misae, sepertinya. Beliau mengabsen kami. Sakii Tsukisima, ternyata teman sebelahku, Sakii Tsukisima.
“Ternyata, sakii namamu??” aku mencoba untuk membuka pembicaraan lagi. Sebelum ia me ninggalkan kursi untuk mengambil seragam dan juga buku-buku yang telah dipersiapkan Ny. Misae di depan kelas untuk dibagi, Dengan sok cuek dia mengangguk kecil. Ah?! Apa salahnya menjawab, Iya?! Huh.. menyebalkan sekali. Hanya Mai yang sepertinya baik.
“Sora Hikaru.” Nah,, kini giliranku mengambil seragam. Aku sudah tidak sabar.
“Permisi, bisa kau sedikit bergeser?” kaki Sakii panjang sekali. Sampai menghalangi jalanku. Sakiipun menggeser kakinya. Untuk pertama kalinya aku melihat dengan jelas wajahnya. Benar-benar seperti anak orang kaya. Seperti artis saja. Tapi, tidak lebih tampan dari artis juga sih. Seperti serigala yang mengintai mangsa. Dan mangsa itu adalah aku. Yah.. itu yang sedang kualami. Mereka semua itu.. apa tidak pernah melihat orang yang sederhana, ya?! Huh, kasihan sekali mereka.. mungkin memang tidaka perlu dikasihani.. apa, orang sederhana itu tidak pantas dipandang??
“Hikaru..” Bu guru Misae memanggilku dengan ramah. Membubarkan lamunanku saja.
“Ya, bu?” Bu Misaepun tersenyum. Senyumnya, begitu lembut dan bersemangat. Apa, beliau tau apa yang sedang kupikirkan. Mustahil.. tapi, mungkin memang benar. Aku membalasnya dengan tersenyum juga. Rasanya memang lega, jika ada yang mengetahui isi hati kita. Setelah mendapat beberapa pasang seragam dan beberapa buku-buku yang sedikit tebal. Aku merapatkan tekatku sebelum kembali ke rumah kecilku, kursi pojok itu.
Berdasarkan pemilihan, Telah ditentukan kalau Sakii menjadi ketua kelas kami untuk 1 tahun kedepan.

“Aku sudah baikan. Sekarang, apalagi yang kau cemaskan??” Mai itu, keras kepala juga. Setelah memberi beberapa info, keterangan, dan ketentuan selama 2 ½ jam, bel istirahatpun berbunyi. Aku mengajak Mai keluar, supaya menghirup udara segar. Sambil masih bertanya tentang keadaannya.
“Kalau begitu, kenapa kau masih terlihat lemas??” kataku setengah berbisik. Aku bisa mengerti akan sikapnya yang tidak sepertiku. Karena, Mai memang anggun dan lembut. Tapi, tingkahnya seperti orang yang sakit. Atau mungkin, Mai memang selembut ini. Ah.. Nenek… =.=a
“Aku. Baik-baik saja.” Sepertinya, aku leleh dengan kalimat yang tadi. Diapun menyeka beberapa helai rambut pirang lurusnya yang terkena angin. Lembut sekali. Ternyata, Mai memang selembut ini.
“Baiklah, eh?! Kau tidak mau ke taman??” mungkin di taman yang hening dan damai sangat cocok dengannya.
“Kebetulan sekali. Aku hafal tempatnya. Aku juga ingin bersantai di sana.” Banzai!! Tebakanku benar!!! Saking semangatnya, aku sampai menubruk orang.
“Gomenasai, gomenasai!!!” Aku, menabrak perempuan cantik lagi. Kali ini, cantik sekali. Seperti Mai. Tunggu, sepertinya, ini lebih mirip artis. Dia tetap terlihat anggun, walaupun dengan rambut pendek hitamnya.
“Daijoubu..” katanya bijak sambil berlalu degan gerombolannya. Aku segera melihat ke arah Mai, aku terpukau dengan anak itu. Wa!! Kenapa ekspresi Mai sama denganku?! Sama-sama terpukau.
“Mai, bangun!!”
“Kukira aku masih ada di bedku.” Mai boleh juga, sedikit humoris.
“Hey Mai!! Kau tau, siapa gadis cantik itu??” sambil melanjutkan perjalanan.
“Kau tidak Tau?? Dia Najia Yamazaki. Anak manager Funo Junior dan juga Oujo Yamazaki. Icon SMP Funo 2 tahun berturut-turut. Selain itu, dia juga model majalah remaja yang akan diterbitkan untuk internasional. Kecerdasan dan keanggunannya. Sepertinya mustahil untuk ditandingi..” penjelasan Mai seperti setumpuk salju yang dilempar padaku. Ha?! Hebat sekali.. Oujo Yamazaki??
“Ha?! Bukankah, Oujo Hamazaki itu bintang film yang akan segera berangkat ke Amerika?? 2 tahun berturut-turut?! Hebat sekali, sampai 2 kali menjabat sebagai Icon.. waw..” sepertinya, respon yang bagus untuk rakyat sederhana.
“Benar sekali. Kau tau, kan sekolah akan selalu mengistimewakan Icon?? Rasanya, ingin sekali. Seperti dia..” kata-kata Mai benar-benar mengharap.
“Itu tidak benar. Jika ingin seperti Najia, jadilah diri Mai sendiri. Dan ketika itu, aku akan mendukung Mai!!!”
“Itu benar sekali, Sora!!” aku harap ia mendapat semangat. ^^ dan kamipun hamper tiba di taman, ketika Upss!! menginjak apa sepatuku kali ini?? Seperti batu.. ah.. sebuah kancing. Kancing berwarna cream yang berukuran besar, terdapat cetakan symbol F.
“Mai, kau tau apa ini??” coba kutanya Mai saja. Mungkin, ia tau masalah ini juga.
“Wah, itu kancing induk seragam Funo. Kita tidak memakai dasi, dan kancing besar itu menjadi penggantinya. Dikancingkan di pangkal kerah. Kita juga memkainya. Tapi, warnanya lebih tua dari itu.” Jelas Mai, smabil menunjuk pangkal kerahnya
“Ooh.. lalu, yang warnanya seperti ini, SMP??” aku menyimpulkannya.
“Kau benar sekali. Mungkin anak SMP yang mempunyainya, tengah menghadap Tn. Mutou untuk membeli seragam baru.”
“Kasihan sekali. Kenapa tidak membeli kancing baru, saja?? Tn. Kazuo, yang mengurus perlengkapan kita, bukan?” pikirku.
“Benar.. Sebebarnya tersedia. Tapi, Tidak ada yang mau membeli kancingnya saja.” Ahh!! Buang-buang uang saja orang-orang disini!! Apa yang akan kulakukan dengan kancing ini?? Tidak mungkin ada orang yang mau mencari sebuah kancing. Tidak mungkin juga bila kucari si pemilik kancing. Kumasukkan ke kantongku saja. Tunggu?!
“Mai, kenapa kau tau banyak tentang sekolah ini, dan juga hal-hal yang seperti ini?!” aku penasaran sekali. Pengetahuannya tentang sekolah ini, banyak sekali. Apa Mai bukan satu-satunya yang tau tentang seluk sekolah ini? Kalau itu, aku yakin. Tapi, soal kancing? Bukankah Mai tidak bersekolah di sini sewaktu SMP??
“Kakakku, dia di sini sejak SMP. Ah, kita sudah sampai.” Katanya smabil tersenyum. Oh, jadi kakaknya alumni sekolah ini. Pantas saja. Wah!! Taman ini, indah sekali.. seperti taman kota saja, padahal hanya untuk High School.. begitu tenang, hijau dan rindang. Ada beberapa pohon sakura juga. Indah sekali.. anginnya berbisik semilir.. tenang sekali. Ah.. ini memang musim gugur. Mai mengajakku duduk bersantai di rumput. Kami mengobrol sederhana, sebagaian besar ia menceritakan sekolah ini.
“Hey, Mai!! Ayo bertukar nomor ponsel??” ajakku. Mungkin nomer ponsel Mai akan berguna.
“Baik.” Senangnya, melewatkan waktu bersama orang seperti Mai. Orang yang berbeda dari sekolah ini. Aku beruntung.


Wuzzt!!
“Aw!! Ada apa ini?! Kenapa tiba-tiba nenek memukulku dengan celemek?!” ah, pukulan celemek nenek memang sakit sekali. Poni depanku sampai berantakan. Padahal, aku baru saja sampai di rumah. Di balik pintu sudah ada nenek yang sipa menerkamku.
“Kau itu!! Tadi kenapa sampai lupa mengeringkan handuk?! Lihat?! Sampai Bibi phu yang mengeringkannya!!” suara nenek, memang nyaring seperti ini. Ah! Iya, kenapa aku sampai kelupaan mengeringkan handuk sebelum berangkat sekolah!!
“Ah, sampai Bibi phu yang membantu?! Aduh..” sambil mengecek apakah kepalaku masih normal setelah celemek itu mencium kepalaku. Aku mengusa-usap dahiku.
“Bagaimana, kau ini?! Kau melalaikan tanggung jawabmu!! Anak muda memang malas-malasan!!” nenek memarahiku. Tapi, aku tidak malas!!
“Siapa bilang anak muda zaman sekarang malas?! Aku tidak malas!! Hanya kelupaan saja. Maafkan aku, nek.. lain kali, tidak akan seperti itu.. eh?! kenapa nenek tidak ke toko??” semoga, nenek percaya lagi.
“Tidak akan kumaafkan bila kau melibatkan Bibi phu lagi. Aku kesini untuk mengambil cuka. Cepatlah!! Toko sedang ramai!!” kata nenek sambil berlalu. Bukankah, aku setiap hari selalu ke toko. Dasar nenek!! Sekarang pukul Empat sore. Azure langitpun mulai muncul, setelah aku merapikan barang-barang sekolahku.
Wah.. toko lumayan ramai. Sepertinya, ada yang sedang merayakan keberhasilan kantor mereka. Segera kuambil celemekku. Nenekku mempunyai toko masakan udang. Memang hanya sederhana, tapi makanannya harus kuakui. Amat lezat!! Nenek menggunakan resep nenek moyang, katanya. Toko ini, dulunya kakek dan nenek yang mengembangkan. Tapi, setelah kakek meninggal, tepatnya 10th yang lalu. Nenek yang mengelolanya. Awalnya dengan aku dan kakak, tapi setelah mendapat kerja sambilan yang bergaji lumayan, kakak tak lagi mengelola toko. Tinggal aku saja. Nenek mengajak Bibi phu. Warung udang inipun jarang sepinya. Kerena dekat dengan rumah tangga industry kecil, dan juga hanya berjarak 25meter dari rumah. Jadi, aku hanya perlu berlari kecil.
“Kag Ayane!! Mana yang perlu kuantar??”
“Di sebelah Bibi phu!!” kag ayane, karyawan nenek sejak 9 bulan terakhir ini terlihat sibuk mengantar pesanan. Aku segera tanggap mengambil beberapa makanan yang akan kuantar.
“Selamat menikmati!!” ah, aku suka suasana sibuk.---------TO BE CONTINUE